[My College Story Part 1] Kenapa Sistem Informasi? + some random reviews
Halo halo halo!
Seperti janji gue sebelumnya, kali ini gue mau bercerita, kenapa sih gue memilih Sistem Informasi sebagai pilihan studi lanjutan?
To be fair, di zaman yang sangat dinamis dan variatif ini, ada banyak pilihan yang tersedia untuk terus menapaki hidup. Di Indonesia, sepertinya kuliah masih menjadi pilihan utama mengingat pekerjaan masa kini banyak yang meminta kualifikasi berupa lulusan-lulusan D3, S1, dan seterusnya. Ada juga yang memilih langsung kerja, dan seterusnya. Gue sendiri memilih untuk berkuliah. Tapi, yang tadinya gue ingin berkuliah di prodi Matematika sejak masuk SMA, tiba-tiba banting setir jadi Sistem Informasi (SI).
Why did I choose SI? Ada beberapa alasan yang terpikir:
1. Kelihatannya, gue mulai jenuh terus bertemu Matematika secara intens selama masa sekolah dulu. Rasanya seperti, well, it's okay to hold on to this Mathematics, but still I should do something else with them.
2. Ada kating SI angkatan 2016 kenalan gue yang mengenalkan gue pada dunia SI. Sekarang dia udah skripsiann *applause
3. Pada dasarnya SI mengajarkan disiplin ilmu yang sangat luas dan dinamis. Ga cuma sekadar belajar programming, setelah berkuliah di SI gue mulai mengerti bahwa di SI kita juga akan belajar ilmu-ilmu bisnis, manajemen, perusahaan, akuntansi, hingga komunikasi dan analisis media sosial. Apalagi di SI, kita dilatih untuk mengembangkan kemampuan berbisnis dan manajerial dengan diintegrasikan ke teknologi. Bahkan, dengan sistem kurikulum terbaru di Fasilkom, mahasiswa SI bisa bebas mengambil mata kuliah bidang peminatan milik mahasiswa Ilmu Komputer (Ilkom) dan sebaliknya. Sehingga kita bisa semakin nyaman menempuh rencana studi yang kita rasa paling sesuai dengan diri kita.
4. Beberapa mata kuliah SI akan "memaksa" gue untuk banyak berinteraksi dan memperluas koneksi. Pada dasarnya gue seseorang yang agak sulit berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang baru, dan gue ingin coba mengubah hal itu. Apalagi, technically di awal masa perkuliahan ini gue tidak mengenal siapa-siapa sehingga gue merasa harus mencari suatu cara untuk "memaksa" diri gue melawan rasa sulit berinteraksi. Dan saya rasa, berkuliah di SI dapat membantu gue.
5. Dari kecil gue sudah kebiasaan main videogames di laptop. Gue ingin coba mengarahkan kebiasaan menggunakan laptop ini ke sesuatu yang lebih produktif.
6. DI FASILKOM GAUSAH SKRIPSI BUAT LULUS AHAHAHA (ya walau sepertinya fakultas lain juga ada yang tidak mewajibkan skripsi untuk kelulusan, tapi bodo amat saya bangga Fasilkom). Tapi skripsian juga sebenarnya asik juga sih....
dan ada beberapa alasan lain, nanti gue update lagi karena gue udah lupa WKWK.
Tapi satu hal yang sangat gue syukuri adalah, gue merasa menemukan lingkungan yang cocok untuk gue. Teman-teman di Fasilkom selalu mau saling bantu dalam segala hal. Apalagi, dengan beban akademik yang amat berat di Fasilkom (contohnya karena gue masuk Fasilkom dengan zero knowledge soal programming, jadi harus usaha ekstra keras buat menyeimbangkan diri dengan teman-teman yang sudah jago), setiap individunya benar-benar harus saling menguatkan dan peduli demi kesejahteraan hidup bersama di Fasilkom (dih, kesejahteraan).
Di Fasilkom, gue bertemu begitu banyak orang yang mengajarkan gue hal-hal baru -- sesepele apapun itu -- yang barangkali belum pernah terpikir oleh gue seumur hidup. Gue mendapatkan begitu banyak motivasi dan inspirasi baru, yang justru seringkali muncul tanpa disengaja.
Contoh sederhana datang dari seorang teman yang belum lama ini diterima magang di Dekoruma, salah satu marketplace di Indonesia yang berfokus pada bidang home & living di mana marketplace ini menjual produk-produk dari merchant melalui website. Teman yang satu ini seangkatan gue, jadi saat ini ia baru mulai menempuh kuliah semester 2. Namun, sejak awal kuliah -- bahkan sebelum mulai masa kuliah -- ia sudah menemukan minat dan bakatnya dalam hal desain. Didukung dengan keuletannya melatih kemampuannya mendesain, membangun resume data diri dan profil LinkedIn dengan baik, serta keyakinannya untuk belajar secara lebih profesional dengan terjun langsung ke perusahaan. Sehingga, ketika teman-teman lain masih mencoba menyesuaikan diri dengan pembelajaran di Fasilkom, ia sudah diterima magang di Dekoruma sebagai UI/UX Designer. Bagi gue, hal ini membuktikan bahwa jika kita memang sudah menyadari benar dimana minat dan bakat kita, jangan ragu-ragu untuk mengasah dan mengembangkannya.
Contoh inspirasi lainnya datang dari salah seorang dosen yang kelasnya baru gue hadiri untuk pertama kali beberapa waktu lalu. Meski baru pertama kali menghadiri kelasnya, tetapi gue bisa merasakan keakraban dan sifat humble dari dosen tersebut. Di mana, beliau mampu memberikan jokes dan intermezzo tanpa mengganggu materi yang sebenarnya sedang ingin disampaikan. Beliau juga menyampaikan selingan berupa kalimat-kalimat sederhana tetapi sebenarnya kita bisa ambil hikmah yang dalam darinya. Satu yang gue ingat betul adalah ketika beliau mengatakan,
"Saya adalah orang yang percaya bahwa ilmu itu bukan diserap, tetapi dikonstruksi. Dan menulis buku, adalah salah satu cara untuk mengonstruksi ilmu."
Beliau mengatakan hal itu sambil menunjukkan sampel buku hasil karyanya. Sambil sedikit bercerita mengenai buku tersebut (yang mainly kontennya tentang permatematikaan), beliau menyebutkan bahwa nantinya, ketika bukunya telah selesai diperbanyak oleh UI Publishing -- lembaga penerbit di UI -- maka mahasiswa bisa mengakses bukunya dengan mudah di perpustakaan fakultas sebagai bahan belajar. I can say that this lecturer really give me some exhortation to be more productive! Sambil meningkatkan produktivitas pribadi, dosen ini bisa memberikan kebermanfaatan yang sangat jelas bagi orang lain.
Gue jadi ingat salah satu keinginan sederhana gue sejak dulu sampai sekarang: "Apapun pilihan hidup yang gue pilih untuk gue tempuh haruslah bisa memberikan semburat harapan bagi umat manusia menuju arah yang lebih baik." Memasuki prodi Sistem Informasi dengan zero knowledge mengenai pemrograman, membuat gue harus berusaha lebih keras mempelajari semuanya dari awal. Karena itulah, sebelum perkuliahan semester 1 benar-benar dimulai pada 2 September 2019, gue mengambil tawaran untuk mengikuti kelas "Dasar-Dasar Pemrograman 0" yang diselenggarakan oleh kakak-kakak Quanta.
Quanta? Apa tuh? Kalau gue boleh cerita, di Fasilkom setiap angkatan memiliki nama yang unik. Nggak cuma unik, tetapi juga filosofis karena nama-nama yang diberikan sebenarnya adalah singkatan dari suatu kalimat yang jauh lebih dalam lagi maknanya hehe. Quanta sendiri merupakan nama dari angkatan 2018 Fasilkom UI. Kalo kalian pengen tau nama-nama angkatan lainnya, gue punya beberapa :
2006 : Super
2007 : Jagung (di sini adalah tahun pertama prodi Sistem Informasi muncul di Fasilkom)
2008 : Ultra
2009 : Kangkung
2010 : Turbo
2011 : Kawung
2012 : Astro
2013 : Angklung
2013 : Angklung
2014 : Orion
2015 : Capung
2016 : Omega
2017 : Tarung
2018 : Quanta
2019 : Maung
Lho, tadi katanya nama angkatan itu singkatan? Yes, betul. Sayangnya gue cuma tau beberapa. Maklum, bukan sejarawan Fasilkom :D
Oke jadi beberapa nama angkatan yang gue tahu kepanjangannya adalah :
2015 : Capung (Cendekia Adhikari Parama nan Kuwaga Andalan Angklung)
2016 : Omega (Outstanding Magnitude Emitting Glorious Achievements)
2017 : Tarung (Taruna Bangsa yang Cerdik dan Tangguh Kebanggaan Capung)
2018 : Quanta (Quality Uniting Aspirations Nurturing Tremendous Achievements)
2019 : Maung (Mahatma Adibrata Upangga Rintisan Tarung)
Hmm, kalau dilihat dari nama-nama ini, kelihatannya seperti ada benang merah antara nama satu angkatan dengan nama angkatan lainnya. Kira-kira apa ya? Biar nggak penasaran lagi, kuy join keseruan kuliah di Fasilkom dengan terus mengikuti perkembangan cerita gue melalui blog ini AHAHAHA (dih malah promosi). Yang jelas, keterkaitan antara nama-nama angkatan ini merupakan salah satu perwujudan kekeluargaan di Fasilkom UI!
Oke, kita kembali ke bahasan tentang Dasar-Dasar Pemrograman 0 tadi ya. Sesuai nama dan penyelenggaranya, nama kelas ini lebih sering disingkat sebagai DDP0 Quanta. Di DDP0 Quanta, gue bersama teman sekelompok yang isi kelompoknya 7 orang termasuk gue. Kelompok gue ditemani oleh 2 mentor utama yakni Kak Mufa dan Kak MD (iya, dua-duanya nama akrab wkwk). Kak MD ini adalah Person in Charge (PIC) untuk penyelenggaraan DDP0 Quanta. Ada lagi 1 mentor, namanya Kak Rara, yang pernah sekali waktu ikutan ngajar di kelas gue karena kelasnya lagi gabung sama kelas gue. Ketiga kakak-kakak ini, entah kenapa jadi sering gue temui lagi di fase kehidupan kuliah gue berikutnya. Bahkan, tanpa gue sangka-sangka sebelumnya, di kemudian hari gue bareng mereka bertiga menjadi PI-BPH dari suatu lembaga legislatif-yudikatif di Fasilkom UI. Yap, apalagi kalau bukan DPM Fasilkom UI! ;) Duh kok jadi OOT sih, ayo ayo fokus. Soal kakak-kakak ini, kapan-kapan gue ceritain lagi.
Standarnya, tatap muka DDP0 Quanta diselenggarakan sebanyak 4 kali untuk tiap kelasnya. Kelasnya fleksibel, bisa janjian dulu antara mentor dan mentee. Janjian ini diatur melalui sebuah grup Line yang dibuat untuk membantu keberlangsungan kelas. Gue termasuk paling sering ribut di grup kalo pada susah ngatur jadwal WKWK. Alhamdulillah sih, akhirnya jatah 4 kali temu muka terpenuhi. Yang lucu itu waktu temu muka pertama kali. Gue yang ngatur jadwal kelasnya, tapi gue sendiri yang telat datang hhhh
Secara garis besar, kelas DDP0 Quanta memberikan pengantar menuju sebuah mata kuliah (matkul) yang menjadi pondasi untuk keberlanjutan performa setiap mahasiswa Fasilkom. Matkul yang dimaksud, tidak lain dan tidak bukan adalah Dasar-Dasar Pemrograman 1 (DDP1). Di matkul ini, kita akan diperkenalkan pada salah satu bahasa pemrograman yang terbilang "paling sederhana sedunia", yakni Python. Matkul senilai 4 SKS ini bagi gue merupakan "investasi besar", karena jika matkul ini mengulang maka harus berusaha lebih keras lagi untuk mengejar ketertinggalan di semester berikutnya. Mengingat, DDP1 merupakan matkul prasyarat menuju matkul-matkul lain yang lebih tinggi. Gimana DDP1 bisa menjadi prasyarat matkul yang lebih tinggi, akan gue singgung di postingan lain. Yang pasti, DDP1 memang "wajib" dikuasai terlebih dulu, karena dari DDP1 lah, petualangan di dunia pemrograman dimulai. Gue sendiri, boleh dibilang "cukup beruntung" bisa lulus di matkul ini dengan nilai yang sangat tidak gue sangka-sangka WKWK.
Eh lu nggak berniat review kuliah semester 1 lu Han? Biar kaya orang lain gitu wkwk. Tenang, di postingan selanjutnya gue akan coba review perjalanan kuliah gue selama semester 1. Ikuti terus postingan-postingan berikutnya ya hehe. Stay tuned!
Komentar
Posting Komentar