[My College Story Part 2] Review Perkuliahan Semester 1



"Bakat terbaikmu adalah untuk menjadi orang baik."
- Bu Kasiyah Junus



Enam hari setelah menerima jaket kuning dengan tambahan makara biru-merah, yang menjadi simbol makara untuk Fasilkom, gue masuk kuliah untuk pertama kalinya sebagai mahasiswa baru. Seperti yang sempat gue singgung sebelumnya, di semester 1 ini gue mengambil lima matkul. Kemarin gue sudah spoiler sedikit gambaran dari kelima-limanya, tapi kali ini gue akan coba ceritain lebih detail. Sekalian gue nge-review semester 1.


Berikut gue ceritain satu per satu kesan-pesan gue untuk kelima matkul.


1. Dasar-Dasar Pemrograman 1 / DDP1 (4 SKS)



"Hello World!"
- kayanya semua bahasa pemrograman pake quote ini dah



Sesuai jadwal gue, kuliah yang paling pertama gue hadiri adalah DDP1. Berdasarkan lampiran paketan mata kuliah, gue dapet kelas H. Dosennya Bu Meganingrum Arista Jiwanggi, biasa dipanggil Bu Mega (sebagian orang memanggilnya Bu Megan). Ruang kelasnya di 2307, gedung lama Fasilkom. Kira-kira sekelas berisi 60 mahasiswa termasuk gue, dan nggak ada yang gue kenal saat itu. Canggung banget rasanya.


Karena gue saat itu masih "agak" malas bersosialisasi, awalnya gue memutuskan untuk duduk di sudut kelas. Namun, ketika gue akan melewati baris kursi pertama di kelas itu, seseorang menyapa gue. "Halo!", katanya, yang gue balas dengan "hai" dan senyum singkat. Lalu kami berdua berjabat tangan. Setelah orang itu memperkenalkan diri, ia menyilakan gue duduk di kursi sebelah yang masih kosong dan gue pun menurut. Dimulailah kelas hari itu.


Di kemudian hari, gue sangat bersyukur bisa kenal dan berteman baik dengan orang tersebut. Dan teman-teman lain di kelas, tentunya. Mereka yang sudah lebih mengerti, dengan sukarela membantu dan mengajari gue dan teman-teman yang masih belum ngerti dasar-dasar pemrograman. Mau itu ketika lagi tugas praktek di lab komputer maupun ketika ada Tugas Pemrograman (TP) yang luar biasa menyusahkan... kalo ga dikerjain.


Tapi, karena keseringan dibantuin, gue jadi K.O. juga ketika ada kuis dan ujian semester. Dan entah kenapa selalu ngerasanya susah memahami begitu banyak materi-materi yang disampaikan di kelas. Yah, mungkin kesanggupan setiap orang menerima ilmu baru itu beda-beda.


Matkul DDP1 mengajarkan kita dasar-dasar pemrograman dengan bahasa pemrograman Python, salah satu bahasa pemrograman yang masih cukup muda dan syntax-nya relatif sederhana. Dulunya DDP1 ini jadi satu dengan matkul lanjutannya yang namanya mirip, yakni DDP2 yang kembali mengajarkan pemrograman dari awal namun dengan bahasa pemrograman Java. DDP2 sendiri saat ini bisa diambil di semester 2, setelah lulus DDP1.


Image result for python
Logo Python.


Di DDP1, kita dilatih untuk bisa berpikir dengan algoritma komputer sehingga kita mampu mengimplementasikan bahasa manusia ke bahasa Python (baca: coding, sering juga disebut ngoding) hingga merancang program-program mulai dari yang sederhana hingga yang rumit dengan fitur dan library yang tersedia di Python. Fitur-fitur tersebut, misalnya data collection dan object-oriented programming. Sementara library yang bisa dipakai ada begitu banyak macamnya. Di matkul ini, library yang tercakup dalam materi ajar termasuk Turtle untuk menggambar, Matplotlib untuk ilustrasi data, dan Flask untuk pemrograman web. Flask adalah suatu micro framework berbasis Python, yang di sini sedikit menjadi selayang pandang menuju salah satu matkul semester 3 yakni Perancangan dan Pemrograman Web (PPW).


Ilustrasi ngoding di Python dengan text editor Visual Studio Code.


Lalu, gimana caranya kita bisa mengukur tingkat pemahaman dan pencapaian kita di matkul ini?


Di matkul ini, sistem penilaiannya begini:



Komponen nilai matkul DDP1


Wah, apa tuh tugas pemrograman? Apa tuh tutorial?


Gue jelaskan dari tutorial dulu. Intinya, tutorial adalah:


Penjelasan tentang sesi tutorial di DDP1.


Biasanya, di sesi tutorial ini ada asdos yang mendampingi mahasiswa dalam pengerjaan soal lab, makanya namanya tutorial. Kita bebas bertanya apapun kepada mereka selama ide pengerjaan kodingan tetap dijalankan oleh kita masing-masing. Bisa juga browsing untuk cari inspirasi, atau tanya-tanya ke temen-temen yang udah selesai duluan (dan tidak berniat untuk langsung ngacir WKWK). Kadang, kalau baru sedikit banget yang bisa menyelesaikan soal labnya, durasi sesi bisa di-extend tergantung kebijakan asdos hehe. Meskipun bobot tutorial ini amat kecil, hanya 1% per lab, tapi sangat sayang rasanya kalau nggak dikerjakan dengan segenap kemampuan karena esensi dari sesi tutorial adalah berlatih ngoding sebelum berlanjut ke tahap lanjut dari ngoding, yaitu programming.


Memang apa bedanya ngoding dan programming? Oho, tentu beda. Ngoding hanyalah bagian kecil dari programming, yang pembahasan lebih lengkapnya bisa dicek di sini: [1]. Yang jelas, perbedaan-perbedaan itulah salah satu alasan diadakannya Tugas Pemrograman.


Jadi, Tugas Pemrograman (TP) itu mirip tutorial, namun kita diberikan rentang waktu beberapa hari untuk mulai menyusun algoritma yang tepat untuk program, implementasi bahasa manusia ke bahasa program, hingga debugging program. Sebab tingkat kesulitan TP memang lebih tinggi dibanding tutorial. Jika di tutorial mahasiswa diharap bisa menyelesaikan soal yang diberikan dalam 100 menit, di TP mahasiswa harus menguasai kode-kode apa saja yang digunakan untuk merancang program. Sebab setelah deadline pengumpulan TP berlalu, mahasiswa harus segera mengajukan janji temu dengan asdos untuk sesi demonstrasi (demo). Sesi demo ini seperti presentasi kecil-kecilan, di mana kita akan menjelaskan kodingan kita ngapain aja agar program bisa berjalan dengan tepat. Setelah selesai presentasi, asdos akan menguji kita dengan pertanyaan dan kodingan kita dengan beberapa test case (tapi tidak semua asdos demikian).


Kuis diadakan setiap jelang UTS dan UAS, semacam pemanasan gitu. Nah ketika UTS jujur gue sangat malas mempersiapkan diri, sungguh hal yang tidak baik untuk ditiru. Ketika sudah diworo-woro untuk menyiapkan cheatsheet (semacam contekan untuk membantu ingatan, tapi tidak akan benar-benar membantu juga WKWK) agar mempermudah pengerjaan UTS, gue tidak melakukan hal tersebut. Akibatnya, gue kelabakan sendiri ketika lupa syntax padahal tahu jawaban soalnya. Hasilnya? Nilai UTS gue tidak mencapai KKM (nilai angka 55, nilai huruf C). Hal ini menjadi pukulan telak buat gue yang kemudian mulai serius belajar pasca-UTS.


Salah satu tipe soal DDP1 yang selalu bikin gue mati kutu, entah kenapa.


Sialnya, meskipun gue sudah berusaha lebih keras, memahami materi-materi DDP1 tetap terasa sangat sulit. Terutama ketika menjelang masuk TP4, dimana tugasnya meminta untuk menerapkan prinsip OOP dan memanfaatkan Flask untuk membuat website yang dapat dijalankan di localhost. Tetapi setidaknya, gue merasa lebih baik karena sudah berniat untuk berjuang lebih keras (wuidiih). Usaha gue ternyata tidak sia-sia, karena TP4 adalah TP dimana pertama kalinya gue bisa membantu teman yang lain dalam pelajaran DDP1. Kenapa bisa begitu, sebab gue berhasil menyelesaikan TP gue duluan tanpa kesulitan berarti seperti tugas-tugas pemrograman sebelumnya (ayyy). Tren positif pun berlanjut di UAS. Meskipun gue juga merasa kepayahan saat mengerjakan soal UAS (kali ini gue dibantu cheatsheet), bahkan gue sampai sudah menyiapkan mental seandainya harus ngulang matkul DDP1 ini. Like, I guess it deserves to be my atonement for being careless for this subject, mate. Tapi syukur alhamdulillah, ternyata gue lulus dari matkul ini dengan nilai UAS dan nilai akhir yang jauh lebih tinggi dari ekspektasi gue.


Pesan moral: plis guys siapapun yang baca ini, tolong yang serius waktu ambil DDP1 wkwkwk


2. Matematika Dasar 1 / Matdas1 (3 SKS)



"Ada 3 tipe mahasiswa Fasilkom. Pertama, ambis pelajaran. Kedua, ambis kerja. Ketiga... wibu dan wota."
- seorang dosen Matdas1 saat itu



Jujur aja, selama sekolah dari SD sampai SMA, matematika adalah minat sekaligus kekuatan utama gue dalam melalui bangku pendidikan formal yang sebenarnya seringkali membosankan dan salah kaprah. Malahan, sebelum mulai kuliah di Fasilkom, gue bercita-cita mengambil matematika murni di UI. Termasuk diantara bagian dari matematika yang cukup gue kuasai adalah prekalkulus, dimana di SMA tentunya kita semua sudah mengenyam secimit remah-remah limit, turunan, dan integral. Berkat itu, gue cukup sering mewakili SMA gue dalam lomba-lomba matematika (gue selalu bisa sampai tingkat OSP saat SD, SMP, dan SMA, sayangnya nggak pernah lebih dari itu huhu).


Tapi sejak masuk kuliah, gue berubah 180 derajat. Selama semester 1, bisa gue bilang Matdas1 adalah matkul yang paling sulit gue ikuti alurnya setelah Fisdas. Sebenarnya kalau mau dibandingkan secara kasar, matdas1 SI "jauh lebih mudah" dibanding matdas1 Ilkom (mungkin karena Ilkom masih akan lanjut dengan Matdas2 dan Anum). Tapi gue tetap kesulitan saat harus memahami definisi formal limit, kecekungan grafik dengan turunan kedua suatu fungsi, dan penggunaan Riemann Sums [2]. Padahal gue selalu masuk kelasnya (meskipun di dalam main HP juga sih hehe). Bahasan utama Matdas1 sendiri meliputi limit, turunan dan aplikasinya, serta integral dan aplikasinya.



Bahkan perlu waktu lama buat gue memahami teorema simpel yang satu ini.


Kemalasan gue untuk belajar mandiri dan hadir sesi asistensi (asis matdas1 SI saat itu nggak wajib) semakin membuat gue terpuruk setiap kuis atau PR diadakan. Ujung-ujungnya, gue nggak pernah menjawab lebih dari separuh proporsi kuis dan nggak pernah pure ngerjain sendiri untuk PR. Pasti ada seenggaknya satu soal yang di-carry temen. Meski begitu, menurut gue pencapaian gue di UTS nggak begitu buruk karena masih dapat kepala 6. Sementara di UAS, karena gue merangkum ulang materi dari awal sejak beberapa hari sebelumnya, jadi hasilnya bisa lebih bagus.



 Komponen penilaian Matdas1 SI



Seperti terlihat pada tabel, pembagian bobot cukup merata di Matdas1. Kuis bobotnya kecil dibanding komponen lain karena skalanya yang memang lebih kecil. Ada 8 PR yang bahasannya berfokus ke kalkulus dasar dan 5 kuis (ini di kelas gue, kelas lain katanya ada yang sampe berapa kuis gitu, beda dosen). Nilai akhir gue yang cukup baik untuk Matdas1, sebagian besar adalah hasil carry-an PR. Sisanya? Kebaikan hati dosen dan asdos :)


Pesan moral: Gue sendiri masih merasa ironi sampai saat ini, pelajaran yang tadinya paling gue sukai sekarang jadi hal yang sangat malesin buat gue... sekolah bertahun-tahun rasanya kaya ga ngefek wkwkwk


3.  Fisika Dasar / Fisdas (3 SKS)



 
Simulasi rangkaian listrik di Fisdas menggunakan Falstad [3].



Inilah matkul yang paling tidak gue minati selama semester 1. Yes, karena sejak SMA gue udah tumpul banget dalam menghadapi soal-soal Fisika. Kadang orang-orang yang gue temui beranggapan bahwa kalau jago Matematika, harusnya Fisika tidak jadi masalah besar. Sebab memang cukup banyak hal-hal yang dipakai di Matematika, dipakai juga di Fisika. Malah, dalam beberapa kasus, Fisika menggunakannya terlebih dulu. Ketika turunan fungsi di Matematika baru diajarin pas kelas 11, sudah ada penggunaan turunan dalam GLBB di kelas 10.


Sayangnya, anggapan orang-orang itu tidak berlaku buat gue.


Belum lagi sistem pembelajaran Fisika yang kurang bagus selama SMA, membuat gue semakin kesulitan mengejar materi-materi Fisdas selama kuliah. Tadinya gue udah bener-bener pengen mengabaikan aja matkul yang satu ini. Kalopun gue masuk kelasnya, biasanya kerjaan gue cuma main game di laptop atau baca webtoon, dan hampir gak pernah merhatiin penjelasan dosen sama sekali (biasanya dosen cuma merhatiin orang-orang di kursi barisan terdepan dan gue selalu duduk di belakang). Sayangnya, Fisdas adalah salah satu matkul prasyarat untuk salah satu matkul semester 5 yakni Jaringan Komunikasi Data (JarKomDat). Kalo gue harus ngulang, gue merasa hal itu bakal sangat membebani semester 5 gue. Jadilah, gue berusaha sebisanya menghafal rumus-rumus Fisika yang gue gapernah paham (dan gapernah telusurin) darimana akarnya. Supaya enggak bodoh-bodoh amat, biasanya gue ikut kalo ada temen yang belajar fisdas bareng.


Di matkul ini, garis besarnya adalah fisika mekanik dan fisika listrik. Tentu saja semuanya hanya selayang pandang, tidak sedetail pelajaran fisika di Fakultas Teknik misalnya. Yang gue tangkap, kebanyakan materi Fisdas di Fasilkom memang untuk persiapan ke matkul-matkul yang lebih tinggi. Misalnya fisika mekanik bisa untuk matkul Robotika dan fisika listrik bisa untuk matkul JarKomDat.



Komponen penilaian Fisdas.


Untuk sistem penilaian di Fisdas, UTS dan UAS berbagi bobot yang sama-sama besarnya. Kuis diadakan setiap jelang UTS dan UAS (sama seperti DDP1). Tugas kalo enggak salah seharusnya empat kali, tapi gue lupa kenapa sehingga cuma jadi tiga. Dengan segala penderitaan dan ketidaksukaan gue terhadap matkul satu ini, syukur alhamdulillah dosen gue sangat baik mau membantu anak-anak didiknya yang kesulitan seperti gue. Baik itu dengan memberikan asistensi hingga mengangkat nilai anak-anak yang menurutnya potensial (hehe). Bahkan, misalnya beliau meminta beberapa mahasiswa untuk maju mengerjakan soal di depan, beliau akan memberi nilai tambahan jika pekerjaan mahasiswa tersebut cukup logis (tidak harus benar, karena pak dosennya tetep bantuin!).


In the end, gue lulus matkul ini dengan nilai akhir yang menurut gue sangat lebih dari cukup. Dadah fisdas WKWKWK.


Pesan moral: Nggak bisa ngasih pesan apa-apa buat matkul ini wkwkwk


4. Matematika Diskret 1 / MD1 (3 SKS)



"Sebagaimana peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga."
- Bu Belawati H. Widjaja



MD1 (atau sebagian menyebutnya matdis karena penyingkatannya yang mirip dengan matdas) adalah matkul yang membahas hal-hal diskret dari matematika (gue gatau gimana pengklasifikasiannya). Topik-topik seperti logika predikat, rules of inference, methods of proving, induksi matematika, dan kombinatorik dipelajari di matkul ini. Kebetulan dosen MD1 gue adalah seorang ibu (namanya tertera di atas) yang merupakan salah satu perintis sekaligus pendiri Fasilkom UI (bangga dong ya? wkwk). Fasilkom UI sendiri berdiri sejak tahun 1986, artinya sudah 30 tahun lebih sejak beliau mengajar di sini. Beliau memang luar biasa loyal terhadap Fasilkom, buktinya di usianya yang kini kepala delapan beliau masih begitu senang mengajar, bertemu dengan anak-anak muda yang beliau yakini bermasa depan cerah termasuk gue (aamiin!). Ditambah lagi, saat itu beliau satu-satunya dosen MD1 yang memegang dua kelas sekaligus sementara dosen lain hanya memegang satu kelas (total ada delapan kelas).


Namun, karena faktor usia, biasanya ibunya menjelaskan dengan sangat perlahan dan penjelasan ibunya cukup sulit dimengerti. Ibunya juga seringkali menjelaskan ulang materi yang sebenarnya sudah beliau jelaskan di pertemuan sebelumnya sehingga mahasiswa justru ketinggalan materi yang harusnya diajarkan hari itu. Untuk menghindari hal itu, biasanya gue, Dennis, dan beberapa teman yang selalu duduk di baris terdepan (yes, ini satu2nya matkul semester 1 yang gue mau duduk depan) mengingatkan ibunya tentang materi yang seharusnya disampaikan sebelum ibunya bablas.


Slide yang digunakan ibunya untuk mengajar bisa dibilang kurang menarik untuk diperhatikan, karena hanya tulisan-tulisan tanpa ilustrasi sama sekali. Jadi biasanya gue minta slide kelas lain untuk belajar lalu gue membaca slide itu saat kelas. Akhir-akhirnya gue tetap nggak merhatiin penjelasan ibunya, malahan kadang kelas MD1 adalah saatnya gue mengerjakan tugas dari matkul lain. Gue juga beberapa kali skip kelas. Kasihan sih sama ibunya wkwkwk tapi... hhhh :(


Asdos yang di-assign ke kelas gue juga kebetulan sudah paham benar gaya mengajar ibunya. Soalnya dia juga muridnya ibu ini dulu wkwk. Jadi dia biasanya memaklumi kalau ada mahasiswa yang kesulitan mengerjakan soal asistensi MD1. Berbeda dari matkul lain di semester 1 ini, asistensi MD1 bersifat wajib dan diambil nilai. Gue sempat panik ketika gue nggak tau jadwal asistensi pertama, dan gue jadi melewatkan satu dari enam kali asistensi yang tersedia.



Komponen penilaian MD1.


Secara default, komponen penilaian MD1 adalah sebagaimana tertera di atas. Namun, lagi-lagi karena faktor usia, ibunya suka lupa menyimpan data nilai mahasiswa dengan baik. Akibatnya, nilai akhir mahasiswa jadi "gacha". Syukurnya, gue salah satu yang beruntung mendapat nilai akhir bagus.


Gue pribadi cukup kesulitan mengikuti permulaan MD1, terutama di logika proposisi dan logika predikat. Lumayan bisa di rules of inference dan methods of proving lalu kelabakan lagi di himpunan, fungsi, dan induksi matematika. Lumayan bisa lagi di barisan & deret dan kombinatorik. Sampai akhirnya bisa bantuin temen-temen lain buat belajar persiapan UAS saat itu.



 
 Induksi matematika, salah satu bahasan di MD1.



Di pertemuan terakhir MD1, gue dan teman-teman sekelas memberi ibunya sepaket parsel buah-buahan sebagai bentuk kenang-kenangan, dilanjut dengan foto bersama. Selesai kelas, beberapa orang mengantar beliau sampai ke mobil Jeep-nya. Yes, beliau sudah uzur tapi masih sanggup mengendarai Jeep setiap hari kerja ke fakultas. Tambahan: beliau hampir enggak pernah memakai lift untuk naik-turun gedung, makanya biasanya beliau selalu diposisikan mengajar di ruangan lantai 3 saja (ada 6 tingkat lantai di gedung Fasilkom lama tanpa menghitung atap, dan ruang-ruang kelas tersebar di lantai 3 sampai 6).



Foto bersama Ibu Belawati H. Widjaja. Ada mahasiswa matrikulasi juga lho!



Pesan moral: Hormati siapapun yang ngajar gan! Wkwkwk


5. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B / MPKT-B (6 SKS)




Foto bareng ibu dosen, Bu Luluk Yunaini.



Baiklah, sebenarnya gue gatau harus komen atau review apa untuk matkul satu ini. Sebenarnya MPKT adalah matkul yang sangat bagus... kalo implementasinya benar. Masalahnya, gue sering menjadikan waktu kelas MPKT untuk ngerjain tugas lain atau bahkan sekadar main Undertale.


MPKT sebenarnya terbagi dua, MPKT-A dan MPKT-B. Karena masuk ke rumpun Saintek, Fasilkom dapat MPKT-B duluan, dan MPKT-A diambil di semester dua. MPKT-A topik utamanya menyoal Pancasila, logika filsafat, pembuatan makalah, dan beberapa hal lain yang memang lebih relevan ke Soshum. Sementara MPKT-B mainly tentang sains dan geografi, sehingga lebih relevan ke Saintek. Gue tidak bisa terlalu detail menjelaskan isi pelajarannya karena... gue jarang merhatiin dan gapernah nyatat. Slide materinya pun jarang gue buka. Karena menurut gue isi slide-slide tersebut nggak begitu enak dibaca lama-lama dan kurang relevan juga ke apa yang dipelajari di Fasilkom secara umum.



Contoh isi slide MPKT-B.



MPKT-B mengharuskan kita menggunakan prinsip Collaborative Learning (CL) dan Problem-Based Learning (PBL), sesuatu yang pertama kali diperkenalkan ketika masa Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM). OBM ini sendiri, pelaksanaannya ketika Kegiatan Mahasiswa Baru UI (KAMABA UI). Inti dari CL adalah mengumpulkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari teman sekelompok. Kelompok ini disebut Focus Group (FG). Sementara inti dari PBL adalah menggunakan pengetahuan yang sudah dikumpulkan dalam analisis dan pengajuan solusi atas suatu studi kasus sederhana. Analisis tidak dilakukan sendiri, melainkan bersama suatu kelompok lain yang disebut Home Group (HG).


Biasanya ketika berada di kelompok FG, ada tugas membuat peta konsep untuk memudahkan memandang pengetahuan. Kelihatannya simpel, ya... memang simpel WKWK. Asal mengikuti kaidah yang sudah diajarkan oleh dosen. Untuk mudahnya, peta konsep bisa dibuat menggunakan software seperti Cmap atau website seperti draw.io. Kemudian, di HG biasanya kerjaan utamanya adalah bikin presentasi menggunakan Powerpoint atau semacamnya. Karena dalam seminggu ada dua kali tatap muka MPKT-B yaitu Selasa dan Kamis, biasanya hari Selasa dikhususkan oleh dosennya untuk membuat kerangka presentasi. Kemudian presentasi benerannya di hari Kamis.


Ketika ada kelompok yang sedang presentasi, kelompok lain bisa menyiapkan pertanyaan. Despite pertanyaannya ngarang bebas, asal dapat poin tambahan wkwk. Tanya jawab juga salah satu hal yang dapat mendongkrak nilai MPKT-B. Selain itu, ada borang yang harus diisi sebagai bentuk penilaian teman sebaya.



Komponen penilaian MPKT-B. LTM adalah peta konsep. B1, C1, C2 adalah borang.



Pembagian bobot nilai pada komponen MPKT-B cukup merata dengan UTS dan UAS tetap memegang peranan tertinggi. Soal-soal di UTS dan UAS sebenarnya tidak susah kalau kita jago silat lidah wkwk. Asal tau soal minta analisis seperti apa. Tapi sejujurnya gue sempat bingung mengerjakan soal UAS. Soal meminta gue untuk mengajukan solusi atas suatu studi kasus dengan pendekatan TIK (kalau nggak salah studi kasusnya tentang cuaca). Karena pengetahuan TIK gue masih sangat minim, gue mengosongkan soal itu sampai 5 menit terakhir waktu tersisa. Ketika gue sadar waktunya sudah nggak banyak... gaslah!! Udah gatau lagi apa tuh yang gue tulis yang penting ada isinya lah tu soal biar gak kosong nilainya WKWKWK. Mumpung esai gan, kan sayang kalo kosong! Apalagi, MPKT-B notabene memang pendongkrak IP yang baik.


Not gonna lie, dengan segala ketidakniatan gue mengikuti matkul ini, kelas MPKT-B gue sejauh ini adalah kelas terasik. Orang-orangnya pada gokil. Bayangin aja, main pingpong pake HP! (iya, maksudnya buat betnya). Pernah juga sekelas main skribbl atau typeracer pas lagi dikasih waktu untuk mempersiapkan presentasi. Dosennya, Bu Luluk, juga baik parah. Enggak masalah mahasiswa tidur atau main, yang penting masuk kelas. Soalnya ibunya memang cukup strict kalau soal membolos kelas. Tapi syukurnya sih anak-anak didiknya pada tahu diri wkwkwk, jadi minimal kalo ibunya lagi menjelaskan mereka pada merhatiin.


Pesan moral: (apa ya? gatau. bantu dong gan)


Nahh, jadi sekian dulu review perkuliahan semester 1 gue. Gue memilih untuk tidak nge-rate karena gue rasa gue tidak akan jadi rater yang baik apalagi semester 1 buat gue memang masa adaptasi banget. Okee, sampai ketemu di postingan gue yang lainnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 DJ terbaik dunia versi top 100 DJMag poll edisi 2016 (Part 2)

[My College Story Part 0] Random Dulu Yak